Hari Guru Nasional : Beginilah 3 Kisah Perjuangan Guru Indonesia Dalam Mencerdaskan Anak Didik di Sekolah

- Kamis, 25 November 2021 | 07:20 WIB
Ilustrasi Guru Mengajar Anak Didik di Sekolah, 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional./pixabay
Ilustrasi Guru Mengajar Anak Didik di Sekolah, 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional./pixabay

Akarsari.com - Pemerintah menetapkan 25 November sebagai peringatan Hari Guru Nasional. Peringatan Hari Guru Nasional ini tak bisa dipisahkan dari peran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Hari spesial untuk para Guru ini, ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ditetapkan pada 25 November sekaligus diperingati sebagai Hari Guru Nasional.

Di Indonesia tak sedikit Guru yang rela berjuang mati-matian untuk mencerdaskan anak didiknya meski dengan gaji kecil. Bahkan profesi Guru sangat identik dengan gelar tanpa tanda jasa karena besarnya pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan.

Baca Juga: Kumpulan 20 Link Twibbon Peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2021 Gratis

Dikutip Akarsari.com dari berita Portal Jember yang berjudul (3 Kisah Perjuangan Guru Paling Mengharukan dan Menguras Air Mata) berikut ulasanya :

1. Kisah Guru Karyati Vederubun tembus sungai dan hutan selama 9 jam setiap demi mengajar.

Guru Yati mengajar di Desa Atiahu, Dusun Balakeu, Kecamatan Silawat, Maluku. Untuk bisa mengajar anak didiknya di pedalaman, ia harus menginap di rumah warga dalam hutan selama 6 hari.

Baca Juga: Waspada! 12 Kebiasaan Ini Dapat Merusak Otak, Jika Bisa Harus Dihindari

Selama 6 hari itu ia mencukupkan diri dengan bekal yang dibawanya, jika kehabisan bekal ia memakan dedaunan di hutan dan air sungai.

Saat akan mengajar, ia harus mencari anak didiknya satu persatu karena seringkali mereka tidak ada di tempat yang dituju dan mereka masih hidup nomaden.

Untuk itu Guru Yati menyusuri hutan yang lebih dalam meskipun tidak ada akses kendaraan sama sekali.

2. Kisah Guru Abdul Khalik mengajar tempuh 6 km jalan kaki hanya bergaji Rp250 ribu per bulan.

Baca Juga: Lewat Gerakan Banten Berakhlak, Yayasan Erick Thohir Bantu Warga Atasi Tekanan Pandemi

Guru Khalik mengajar di Madrasah Ibtidaiyah DDI Hidayatul yang terletak di kampung Bara-baraya, Desa Tanete Bulu, Kecamatan Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan.

Jarak tempuh Guru Khalik dari rumahnya ke tempat mengajar sejauh 30 km. Untuk itu ia berangkat mengendarai sepeda motor setiap harinya.

Namun, sepeda motor ini tidak bisa mengantar hingga tempat tujuan. Ia harus menitipkan ke warga, lalu meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 6 km karena sulitnya medan tempuh.

Baca Juga: Perjuangan Guru Ini Patut Diacungi Jempol, Rela Gendong Siswa untuk Cari Sinyal Internet saat ANBK

Ia pun tinggal di sekolah untuk beberapa pekan, barulah saat perbekalannya mulai habis ia kembali pulang ke rumahnya.

Sayangnya, ia hanya mendapatkan gaji Rp250 ribu yang dibayarkan 3 bulan sekali. Demi mencukupi kebutuhannya yang mendukung pembelajaran dan trasportasi ia berjualan madu asli yang di dapat dari hutan untuk mencukupinya.

3. Kisah Guru Henrikus Suroto tempuh perjalanan berjam-jam hingga jalan kaki, temui murid satu persatu di tengah pandemi.

Guru Suroto adalah Guru asal Magelang yang kisahnya viral di tengah pandemi, bahkan diberitakan media internasional.

Baca Juga: Pemerintah Perpanjang PPKM Level 3 Menjelang Natal dan Tahun Baru, Ini Rencana yang Disiapkan

Pasalnya ia rela hadapi risiko terpapar virus corona karena harus temui satu persatu anak didiknya yang berada di desa-desa terpencil.

Guru Suroto tempuh perjalanan berjam-jam dengan kendaraannya hingga berjalan kaki melewati gunung dan tebing untuk menemui muridnya.

Mereka adalah murid-murid yang terkendala dengan pembelajaran daring atau tidak memiliki akses internet.

Agar mereka tidak tertinggal pendidikannya, maka Guru Suroto merelakan dirinya yang menemui murid-murid karena tidak memungkinkan melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Puluhan Rumah di Dua Kecamatan di Pandeglang Terendam Banjir

Baginya pendidikan murid-murid adalah tanggung jawabnya, untuk itu sekalipun harus menghadapi rsiko nyata virus corona ia tetap teguh untuk mengajar.

Itulah ketiga kisah paling mengharukan dari perjuangan Guru. Masih begitu banyak kisah haru dari perjuangan Guru untuk dapat mentransfer ilmu dan memberikan pendidikan pada anak didiknya.

Mereka ada yang berjuang di daerah yang belum ada listrik apalagi signal internet. Ada pula yang kesulitan air bersih dan kekurangan sumber pangan.***

Editor: Atiah

Sumber: Portal Jember

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X